Senin, 04 Mei 2015

KON-TIKI [2012]

Di ajang Academy Awards tahun 1951, telah diumumkannya pemenang film dokumenter terbaik tahun itu, Kon-Tiki. Film dokumenter itu berisikan pelayaran seorang etnolog Norwegia, Thor Heyerdhal, beserta 5 awak lainnya mengarungi lautan pasifik dari Peru menuju kepulauan pasifik di Fatu Hiva. Apa yang membuat perjalanan 8.000 km mereka menjadi luar biasa adalah mereka mengarungi lautan pasifik itu hanya dengan menggunakan rakit. Mengulang kesuksesan film dokumenter tersebut lantas dibuat ulang dalam format film sekaligus menjadi perwakilan Norwegia dalam kategori film asing terbaik di Academy Awards.

Thor Heyerdahl (Pål Sverre Hagen) bersama istrinya, Liv (Agnes Kittelsen) telah menghabiskan waktu selama 10 tahun di kepulauan pasifik, tepatnya di Fatu Hiva dalam penelitian mereka terhadap suku lokal di sana, Tiki. Kala itu banyak teori yang mengungkapkan bahwa suku Tiki berasal dari Asia, berbeda dengan pandangan Thor yang meyakini bahwa Tiki berasal dari Peru, Amerika Selatan. Teorinya tersebut didukung oleh legenda yang dituturkan oleh orang Tiki yang meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal dari daratan timur dan dibawa ke kepulauan tersebut oleh sang dewa matahari (Tiki). Tetapi, dalam prakteknya, perjalanan nenek moyang suku Tiki ke kepulauan pasifik tersebut menggunakan rakit dari kayu balsa. Dengan memantapkan hati, Thor berangkat menuju New York untuk memperkenalkan teorinya tersebut pada sebuah penerbit buku, dengan harapan teorinya tersebut diterima dan bukunya bisa diterbitkan.

Kenyataannya, teori Thor tersebut justru banyak ditolak dan menjadi bahan tertawaan semata. Tidak mau patah semangat, ia ingin mencoba mengarungi sendiri lautan pasifik dari Peru menuju Fatu Hiva dengan rakit yang sama persis digunakan oleh orang Tiki pada zaman dahulu. Berbekal desain rakit yang dibuatnya sendiri, ia mencari beberapa pelaut yang bisa diajak dalam pelayaran tersebut. Lagi-lagi ia ditolak oleh banyak orang dan menganggap pelayaran tersebut hanyalah misi bunuh diri. Melihat kesungguhan Thor, seorang sales kulkas, Daniel Watzinger (Anders B. Christiansen) bersedia ikut dalam pelayaran tersebut, bahkan Daniel sempat memberikan saran mengenai desain rakit yang lebih baik. Rakit dari kayu balsa berhasil dibuat, maka Thor pun mengajak teman masa kecilnya, Erik, yang bisa menavigasi, serta Torstein dan Knut yang pandai menggunakan radio. Seorang Etnografer, Bengt , merasa tertarik pula untuk ikut. Ia dapat menggunakan kamera dan menyarankan Thor untuk merekamnya menjadi film dokumenter yang dapat menghasilkan uang. Pelayaran Kon-Tiki pun dimulai tahun 1947, lalu bagaimana petualangan mereka selanjutnya ?

Melihat kerja keras dan keyakinan seorang Thor dalam penelitiannya di Fatu Hiva memang patut diacungi jempol. Keyakinannya yang besar tersebut berhasil memantapkan diri untuk mengadakan pelayaran yang banyak dibilang sebagai upaya sia-sia. Segala rintangan yang mereka lalui selama berbulan-bulan di atas lautan pasifik menjadi sebuah tantangan yang harus mereka hadapi. Semua didasarkan akan keyakinan kuat bahwa pelayaran ini akan berhasil. Thor yang tidak bisa berenang karena trauma masa lalu, berhasil meyakinkan lainnya, terutama Daniel yang sepanjang perjalanan terus diliputi ketakutan. 

Saya sangat menikmati bagaimana film petualangan seperti ini dikemas dengan baik dan rapi. Berbagai rintangan seperti menghadapi gerombolan hiu atau saat rakit ternyata melenceng dari rute yang seharusnya, menjadi ketegangan tersendiri selama menontonnya. Bagaimana Thor meyakinkan yang lainnya bahwa rakit yang sebelumnya digunakan nenek moyang Tiki ini berhasil meski tanpa mengurangi keasliannya bahannya, menjadi bumbu khusus dalam film ini. Tidak jarang pula ketegangan antar karakter terjadi di atas rakit. Kon-Tiki memiliki sedikit kekurangan dimana karakter selain Thor dan Daniel kurang digali lebih dalam lagi. Tapi secara keseluruhan, Kon-Tiki sudah cukup baik untuk menjadi sajian bagi pecinta film petualangan.  
ATAU
7,5 / 10

1 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !