Minggu, 17 Mei 2015

THE IMITATION GAME [2014]


Perang Dunia II berakhir dengan kemenangan blok sekutu atas 3 negara, Jerman, Jepang, dan Itali. Khususnya di pihak Inggris (bagian sekutu), ada seseorang di balik layar yang memberikan kontribusi sangat besar dalam pemecahan kode milik Jerman. Film ini diangkat dari kisah pemecah kode tersebut, Alan Turing. Siapa yang tahu, dialah teka-teki yang sesungguhnya.

Alan Turing (Benedict Cumberbatch), ahli matematika lulusan Cambridge itu menawarkan diri untuk bekerja pada Kerajaan Inggris dalam pemecahan mesin enigma milik Jerman. Proyek pemecahannya sendiri dijalankan dengan sangat rahasia di sebuah pabrik radio, Bletchley. Meski sempat berjalan cukup alot ketika perekrutan dengan Komandan Denniston (Charles Dance), tapi akhirnya Turing pun diterima. Awalnya Turing menolak untuk bekerja sama sebagai tim dengan anggota lainnya, apalagi dia juga punya proyek sendiri dalam merancang sebuah mesin yang dapat memecah kode milik Jerman. Protes datang dari teman satu timnya, Hugh Alexander (Matthew Goode) yang menolak Turing ikut ambil bagian, terutama dalam hal pembuatan mesin yang dirancangnya. Tidak terima, Turing mengadu pada Komandan Denniston, meski tidak membuahkan hasil. Kemudian ia melayangkan surat protes kepada Perdana Mentri Winston Churchill lewat Stewart Menzies (Mark Strong), seorang anggota divisi militer Inggris. Hasilnya, Turing mendapat wewenang menjadi kepala proyek pemecahan kode tersebut dan kebijakan pertamanya adalah memecat 2 anggotanya, dan yang tersisa hanya Hugh Alexander, John Cairncross (Allen Leech), dan Peter Hilton (Matthew Beard). Karena kekurangan anggota tim, Turing mencoba merekrut anggota baru melalui teka-teki silang, yang mana juga ia sukai. Didapatlah 2 anggota baru, Jack Good dan Joan Clarke (Keira Knightley).  

Meski awalnya Clarke sempat menolak bekerja dengan alasan tertentu, tapi kemudian Turing berhasil meyakinkan agar Clarke mau bekerja di Bletchley. Tahap demi tahap, mesin rancangan Turing yang bernilai 100 ribu pound sudah disusun. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan merancang mesin yang kemudian ia beri nama Christopher, sesuai dengan nama sahabatnya, daripada sibuk dalam pemecahan kode bersama anggota yang lain. Tidak jarang, hal tersebut memancing kemarahan Alexander. Tapi, Turing benar-benar yakin bahwa “Christopher” mampu memecahkan kode Jerman tersebut dan memenangkan perang. Hubungan Turing sendiri dengan anggota tim lainnya memang kurang baik. Hal tersebut diketahui oleh Clarke dan kemudian menyarankan Turing bagaimana caranya agar ia disukai oleh anggota tim lainnya, jika ingin berhasil dalam proyek ini. Hubungan Turing dengan anggota lainnya akhirnya cukup menghangat. Bahkan, ketika Komandan Denniston memutuskan untuk memecat Turing dan menghentikan operasi “Christoper” yang dinilai terlalu banyak menghabiskan dana dan tidak membuahkan hasil, datanglah pembelaan dari anggota tim lainnya. Alexander yang awalnya bersitegang dengan Turing, mengatakan akan keluar dari proyek jika Turing harus dipecat. Berhasilkah Turing bersama dengan teman-temannya memecahkan kode rahasia milik Jerman dengan “Christopher” ? 

Saya sangat suka sekali skoring dari Alexandre Desplat yang mengawali pembukaan film dan beberapa adegan berikutnya, seolah-olah skoring tadi bisa menjawab bahwa The Imitation Game penuh dengan nuansa teka-teki. Alan Turing, si jenius ahli matematika yang memecahkan kode Jerman tersebutlah sosok yang memang pantas sekali disebut sebagai teka-teki. Kehidupannya penuh dengan rahasia. Bahkan, unsur “rahasia” sendiri ditampilkan secara repetitif di sini. Pada kemunculan pertama Alan Turing, para penonton mungkin sudah bisa menebak bagaimana karakternya. Kebanyakan, sosok manusia jenius sering dekat dengan arogansi, kesendirian, bicara terbata-bata, dan sulitnya berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Deskripsi sifat tersebut melekat sekali dengan sosok Alan Turing di sini. Masa lalu Turing yang kelam dan hanya memiliki satu sahabat, Christopher Morcom, bisa jadi adalah pemicu bagaimana sulitnya ia dekat dengan orang lain, karena yang ia punya hanyalah Morcom. Begitu ia ‘kehilangannya’, dapat dipastikan bahwa Turing menjadi pribadi yang kesepian dan tertutup. Ia sudah tidak butuh orang lain, karena seseorang yang ia ‘butuhkan’ sudah tidak lagi di sisinya. 

Secara garis besar, The Imitation Game terbagi menjadi 3 waktu kejadian. Masa SMA Turing di Sherborne bersama Morcom yang menjadi latar belakang kehidupannya, masa Perang Dunia II berlangsung dan bagaimana kontribusinya dalam membantu sekutu, serta pasca perang di mana semakin besar masalah yang ia hadapi. The Imitation Game sebenarnya lebih berfokus terhadap segala aspek yang dimiliki oleh Alan Turing, sedangkan pemecahan kode di Bletchley bisa disebut sebagai pemaparan usaha Turing dalam mencari segala teki-teki kehidupan yang tidak ia mengerti, terutama dalam hal ‘interaksi’. Peran Clarke di sini lebih banyak sebagai ‘guru’ bagi Turing yang mengajarkannya bagaimana seharusnya ia bersikap terhadap yang lain, daripada usaha dalam pemecahan kode. Turing adalah seorang jenius, tapi jika ia mengabaikan potensi teman-temannya dengan sikapnya yang ‘dingin’, maka tidak mungkin ia bisa memecahkan kode tersebut. Singkatnya, itulah ajaran yang diperoleh si jenius dari Clarke.  

Turing penuh dengan teki-teki dan rahasia. Dia pandai menyimpan rahasia bahwa ia dekat dan ‘menyukai’ sahabatnya, Christopher Morcom. Ia pandai menyimpan ‘rahasia besar’ dari Clarke yang kemudian dinikahinya, karena ia sendiri takut untuk menyakitinya. Tidak hanya tujuan menikahi Clarke atau proyek rahasia di Blethcley yang pandai ia sembunyikan, hampir semua hal dapat ia sembunyikan. Tapi, sungguh naas ketika dia sendiri begitu lemahnya dalam menyimpan rahasia bahwa ia seorang “homoseksual” pada John. John gunakan rahasia Turing tersebut untuk menekannya, agar ia menyimpan rapat-rapat ‘rahasianya’ dengan Peter terkait keberadaan mata-mata Soviet di Bletchley. Siapa yang menyangka, rahasia tersebutlah kemudian yang bisa menjadi masalah besar dan memberatkan Turing di akhir. Lebih ironisnya lagi, membuat segala usaha keras Turing tersebut seakan-akan hanya kesia-siaan belaka di mata Kerajaan Inggris. 

Saya di sini mencoba menekankan kutipan dari Morcom kepada Turing, “terkadang orang yang tidak didugalah yang bisa melakukan hal di luar dugaan” dan bagaimana ibunya mengatakan bahwa dia adalah ‘orang aneh’. Sepertinya, kutipan dan pernyataan ibu dari Alan Turing tadi begitu sesuainya dengan Graham Moore, sang penulis naskah The Imitation Game. Ia berhasil memenangkan kategori naskah adaptasi terbaik di Academy Awards dan secara mengejutkan dia membuat ‘pengakuan’ saat itu juga bahwa dia pernah akan bunuh diri ketika orang-orang di sekitarnya menyebutnya sebagai ‘orang aneh’. Tapi kemudian ia tunjukkan sendiri bagaimana prestasi yang diraihnya tersebut. Turing dan Graham Moore, keduanya memiliki banyak kesamaan. Keduanya juga menunjukkan prestasi yang luar biasa meski banyak celaan di masa lalunya yang kelam. Keduanya juga memiliki ‘rahasia’, yang mana akhirnya diungkapkan juga. Maka tidak salah bila Graham Moore adalah refleksi dari seorang Alan Turing itu sendiri.

ATAU
8,5 / 10

1 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !